Learner-centered adalah prinsip pembelajaran yang menekankan pelajar yang aktif dan reflektif, bukan gurunya. Sesungguhnya, pendidikan itu akan menjadi lebih baik apabila fokus utamanya adalah orang yang belajar. Prinsip learner-centered ini dikembangkan olehAmerican Psychological Association (APA). Ada 3 macam strategi instruksional learner-center yaitu :
- Pembelajaran berbasis problem
- Pertanyaan esensial
- Pembelajaran penemuan
Pembelajaran berbasis problem yaitu model pembelajaran yang langsung menghadirkan contoh problem kasus nyata yang sering muncul sehari-hari didalam pembelajaran itu sendiri. Tugas murid-murid dalam pembelajaran ini adalah mengidentifikasi suatu problem kasus yang akan mereka pecahkan melalui kerja kelompok kecil. Mereka juga harus mencari materi atau sumber lain yang mereka butuhkan untuk menangani problem tersebut. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan memonitori kegiatan muri-murid ini dalam memecahkan suatu problem.
Pertanyaan esensial adalah sebuah pertanyaan yang merefleksikan hal penting yang harus dipelajari oleh murid berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya, guru ingin memberikan materi pelajaran mengenai mekanika penerbangan. Guru dapat memberi sebuah pertanyaan sederhana kepada murid-murid. Misalnya, pertanyaan esensialnya adalah : "Apa arti dari terbang?". Pertanyaan ini lalu diikuti dengan pertanyaan lainnya seperti "Mengapa ada makhluk yang bisa terbang?", "Bagaimana penerbangan memengaruhi hidup manusia?", dan "Bagaimana masa depan penerbangan?". Pertanyaan semacam ini akan membuat murid bingung dan lalu memotivasi mereka untuk berpikir dan mencari tahu hal itu. Guru dapat merancang pertanyaan esensial sekreatif mungkin yang pada akhirnya akan menimbulkan keingintahuan murid untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan itu.
Pembelajaran penemuan adalah model pembelajaran dimana murid menyusun pemahamannya sendiri. Dalam pembelajaran ini, guru mendorong murid untuk mencari tahu sendiri, berpikir sendiri dan menemukan cara untuk mendapatkan pengetahuan. Metode ini juga memupuk rasa ingin tahu mereka. Peran guru hanya memfasilitasi saja dan juga berperan dalam menjawab pertanyaan murid. Pembelajaran penemuan ini sangat efektif dalam pelajaran sains. Para periset telah menemukan bahwa murid yang mempelajari sains dengan metode ini mendapatkan nilai lebih tinggi ketimbang yang diajar dengan metode pengajaran langsung.
Jadi, menurut saya tidak ada strategi yang lebih baik disini. Ketiga strategi ini sama baiknya. Intinya, ketiga strategi ini memotivasi murid untuk lebih aktif dalam proses belajar. Mereka dituntut untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri. Murid yang memperoleh pengetahuannya sendiri, baik dengan mengaitkannya dengan contoh kasus ataupun penelitian, lebih memahami dan lebih mengingat pengetahuan itu ketimbang yang hanya duduk diam menerima penjelasan dari guru. Piaget pernah mengatakan bahwa setiap kali Anda memberi tahu murid, maka murid tidak belajar. Peran guru disini bukannya tidak dibutuhkan. Peran guru juga dibutuhkan, hanya saja sebagai fasilitator. Tidak mungkin juga membiarkan murid belajar sendiri karena akan menyebabkan murid mendapatkan solusi yang salah dan strategi yang tidak efisien untuk menemukan informasi. Setelah murid memperoleh pengetahuannya sendiri, guru baru kemudian memberikan penjelasan sehingga murid-murid menjadi tahu apa yang benar dan apa yang salah dari informasi atau pengetahuan yang mereka cari dan temukan.
Semoga bermanfaat ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar