post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Jumat, 13 Desember 2013

Matahari Mulai Meredup?


Kini para ilmuwan sedang memantau aktivitas matahari yang tercatat berada pada posisi "Terjun bebas" atau "Freefall". Disebutkan freefall karena hal ini merupakan masa dimana matahari sedang 'mendingin' dari kondisi biasanya.
 
Seperti yang dilansir oleh Washington Post, para fisikawan sendiri menganggap bahwa ini merupakan fenomena yang langka. Namun, meski begitu diperkirakan tidak akan mengganggu kehidupan di bumi seperti pada masa zaman es. 

"Aktivitas matahari saat ini sedang menurun sangat cepat, kami menghitung bahwa ini merupakan penurunan paling cepat yang pernah terjadi selama 9.300 tahun," kata peneliti dari Reading University.   

Para peneliti kemudian mencoba menghubungkan fenomena ini dengan adanya Grand Solar Minimum yang biasanya terjadi setiap 4 abad. 

Grand Solar Minimum adalah periode aktivitas matahari dalam 11 tahun siklus matahari. Selama waktu ini, aktivitas titik hitam (sunspot) dan lidah api (flare) berkurang dan tidak terjadi selama berhari-hari pada suatu rentang waktu. Akibatnya, musim panas yang terjadi di belahan bumi utara pun akan berbeda dari biasanya. 


Area gelap di matahari sudah terjadi sejak bulan Juli 2013 (SOHO/NASA)



Terakhir kali siklus ini terjadi pada abad 17 lalu. Saat itu, selama 70 tahun, matahari tak menunjukkan satupun titik matahari. Pada masa itu juga tercatat Eropa memiliki musim dingin paling parah dalam sejarah, bahkan bisa disamakan dengan zaman es kecil. 

Untuk Grand Solar Minimum yang akan terjadi pada saat ini diperkirakan takkan separah yang terjadi pada abad 17 lalu. Hal ini dikarenakan adanya pemanasan global yang dampaknya lebih parah. 


Area Gelap Raksasa Tampak di Matahari 

Sedangkan Wahana antariksa Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) mendapati sebuah lubang raksasa di atmosfer matahari. Area gelap yang dikenal sebagai lubang korona ini mencakup hampir seperempat bagian matahari dan memuntahkan material dan gas ke ruang angkasa.


 
Lubang korona mulai terlihat di bagian kutub utara matahari antara 13-18 Juli 2013 lalu.



Dalam video yang dirilis Selasa, 30 Juli 2013 lalu, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan lubang korona merupakan daerah yang lebih dingin ketimbang atmosfer matahari atau korona dan mengandung material surya yang kecil. 

Di area yang kosong ini, alih-alih kembali ke permukaan matahari, medan magnet matahari justru terlempar keluar menjadi badai matahari. 

"Meski belum jelas penyebabnya, lubang korona berkorelasi ke area tempat medan magnet melambung dan terlepas," kata Karen Fox, ilmuwan NASA di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di Greenbelt, Amerika Serikat. 

Fox menambahkan lubang korona mempengaruhi cuaca di ruang angkasa karena mengirimkan partikel matahari sekitar tiga kali lebih cepat daripada yang dilepaskan dari area lain pada atmosfer matahari. 


Fase Matahari Membalikkan Medan Magnet 

Perubahan frekuensi kemunculan lubang korona bisa dibilang sesuai dengan siklus aktivitas matahari. Tahun ini matahari mencapai puncak aktivitasnya dalam 11 tahun, dikenal sebagai fase matahari maksimum atau Grand Solar Maximum

Periode Grand Solar Maximum atau Solar Max ialah periode normal aktivitas matahari terbesar dalam siklus 11 tahunan Matahari. 


 
Citra Matahari EIT 284


Citra satelit atmosfer matahari pada panjang gelombang cahaya 284 Angstrom yang berfungsi untuk menampilkan material matahari. Suhu terpanas sekitar 2 juta derajat Kelvin. 

Selama Solar Maksimum, sejumlah besar bintik matahari muncul dan output radiasi matahari tumbuh sekitar 0,07%. Peningkatan output energi surya maxima dapat berdampak iklim global bumi dan studi terbaru menunjukkan beberapa korelasi dengan pola cuaca regional. 

Di sekitar waktu puncak aktivitas inilah matahari membalikkan medan magnetnya. "Jumlah lubang korona biasanya menurun seiring perubahan medan magnet ini," ujar Fox. Setelah pembalikan medan magnet, lubang korona akan kembali muncul di dekat kutub. 

Kemudian saat matahari mendekati aktivitas minimum lagi, lubang korona merayap lebih dekat ke khatulistiwa. Jumlah dan ukurannya lantas bertambah. 

Wahana antariksa SOHO telah mengamati aktivitas matahari sejak diluncurkan tahun 1995. Wahana seharga US$ 1,27 miliar ini mengemban misi bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA). 

SOHO mengamati matahari dari orbit Lagrange Point 1, daerah dengan gravitasi stabil antara bumi dan matahari, sekitar 1,5 juta kilometer dari bumi.


Latest GOES Solar X-ray Image

Umar Mita, Penerjemah Alquran ke dalam Bahasa Jepang

Nama Umar Mita sangat terkenal di kalangan Muslimin Jepang. Bagaimana tidak, dia merupakan bagian dari generasi Muslimin pertama Jepang sekaligus ulama senior dan penyebar dakwah Islam awal di Negeri Sakura. 

Ia pun menorehkan jasa besar bagi masyarakat Matahari Terbit, yakni penerjemahan Alquran. Ya, Umar Mita merupakan penerjemah pertama Alquran dalam bahasa Jepang.

Abu Tariq Hijazi dalam artikel mengenai biografi dia, Umar Mita: Japanese translator of Quran dikutip dariArabnews, menggambarkan sosok Umar Mita sebagai kebanggaan Muslimin Jepang. Nama Umar Mita merupakan yang paling menonjol di dalam sejarah Islam Jepang.

Dia lahir pada 19 Desember 1892 di Kota Chofu, Yamahguchi, Jepang. Ia mengganti nama lahirnya, Ryoizhi Mita, menjadi Umar Mita setelah memeluk Islam. Keluarga Umar Mita berasal dari kalangan Samurai. Seperti kebanyakan warga Jepang, keluarga Mita pun merupakan penganut Buddha.

Sejak kecil hingga dewasa, Mita tak pernah kenal apa itu Islam. Ia pun tak pernah bertemu dengan Muslimin. Kedatangan dakwah Islam di Negeri Matahari terbit memang sedikit terlambat dibanding negara sekitarnya.

Muslim Jepang tengah mengaji

Ia baru mengenal Islam ketika belajar ke negeri Cina pascalulus dari Yamaguchi Commercial College. Saat di Cina, ia banyak berinteraksi dengan Muslimin Cina. 

Mita pun kemudian merasa tertarik pada Islam. Ia sempat menulis tentang Islam di Cina di sebuah majalah Jepang, Toa Keizai Kenkyu (Far -East Economic Research Journal) pada 1920. Ia tampak menyukai cara hidup Muslimin.

Mita kemudian mempelajari Islam dari Haji Omer Yamaoka, Muslim Jepang pertama yang pergi ke Makkah menunaikan ibadah haji. Setelah tahu banyak tentang Islam, Mita pun bersyahadat pada 1941 dalam usia 49 tahun.

Dia kemudian memantapkan diri menjadi Muslim kaffah. Ia pun giat mempelajari ilmu Islam dan bahasa Arab. Demi menuntut ilmu tersebut, ia pergi hingga Pakistan. 

Di Usia 60 tahun, Mita pun kemudian mulai mengabdikan diri pada dakwah Islam. Ia pun banyak melakukan perjalanan dakwah. Lalu pada 1958, Mita menunaikan ibadah haji.

Pada 1960, Mita terpilih sebagai presiden kedua Asosiasi Muslim Jepang. Ia menggantikan Sadiq Imaizumi yang meninggal tak lama setelah mendirikan asosiasi yang tegak pada 1953 tersebut. 

Selama menjabat, Mita banyak menulis buku tentang Islam, di antaranya Understanding Islam dan An Introduction to Islam. Mita juga menerjemahkan kitab Hayat-e-Sahaba (Kehidupan Para Shahabat) karya Maulana Muhammad Zakaria ke dalam bahasa Jepang.

Penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Jepang karya Mita baru terbit pada 1972. Sebelumnya telah ada terjemahan Kitabullah yang terbit pada 1920, 1937, dan 1950. Namun, semua penerjemahan dilakukan oleh non-Muslim. Mitalah Muslim pertama yang menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jepang. 

"Meskipun, setidaknya ada tiga terjemahan Alquran dalam bahasa Jepang sebelum ia mulai menulis terjemahan, tetapi ketiganya dilakukan oleh Jepang non-Muslim yang tampaknya tidak memiliki perspektifbenar agama kami," tulis laman web Japanesse Muslim.
Mita selesai menerjemahkan pada 1968. Pada 1970, ia mengajukan revisi terjemahannya kepada Liga Muslim Dunia yang bermarkas di Makkah. Enam bulan setelah revisi, Alquran terjemahan tersebut dicetak di Hiroshima. 

Lalu pada 10 Juni 1972, pencetakan selesai dan terjemahan mulai diterbitkan. Hingga penerbitannya, Mita menghabiskan waktu tak singkat, yakni 12 tahun. Saat itu, usia Mita pun tak lagi muda, yakni menuju 80 tahun.

Setelah banyak menorehkan kiprah dalam perkembangan Islam di negerinya dan meninggalkan banyak warisan bagi Muslimin Jepang, Mita mengembuskan napas terakhir. Ia meninggal pada 1976 dalam usia 82 tahun. Hingga kini, karya terjemahan Mita masih digunakan Muslimin Jepang.[ROL]

Ternyata Tawon Bisa Mengenali Wajah Manusia

Seekor tawon lewat dan Anda berusaha memukulnya dengan kertas koran. Tawon itu pergi menghindar. Apakah Anda lalu aman? Mungkin tidak. Tawon mengenali wajah Anda dan bisa kembali menyerang.


Mengejutkan memang. Namun, adalah nyata bahwa jenis tawon kertas bisa mengenali wajah. Elizabeth Tibbetts dari University of Michigan menemukan fakta tersebut. Ia mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Ethology

Selain tawon, Tibbetts juga menemukan bahwa lebah madu pun merupakan serangga yang bisa mengenali wajah. Hewan lain yang juga punya kemampuan seperti manusia itu antara lain burung gagak.

Diberitakan I Fucking Love Science, saat ada individu, baik hewan lain maupun manusia, mata tawon kertas dan lebah madu akan membentuk struktur heksagonal. Struktur itu terdiri atas ribuan struktur lebih kecil bernama ommatidia.



Dengan membentuk struktur itu, serangga seperti tawon kertas dan lebah madu berusaha merangkai wajah hewan, manusia, atau obyek apa pun yang ada di hadapannya. Citra yang dihasilkan memang tidak sejelas yang manusia lihat, tetapi cukup bagi tawon untuk mengidentifikasi.

Kini, semakin banyak kemampuan yang semula dianggap istimewa dan hanya manusia yang memilikinya ternyata juga dipunyai hewan lain. Mulai sekarang, hati-hati bila menyakiti si tawon. Siapa tahu, dia akan membalas dendam.[kompas]