post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Rabu, 30 Mei 2012

5 Fakta Terkeran Dari Kolam Renang

Membayangkan nyebur di dalam kolam biru nan jernih saja, rasanya sudah senang. Apalagi, kalau kolam yang didesain sebesar dan senyaman mungkin buat kita ini diberi fasilitas tambahan seperti permainan. Pasti makin menarik dan punya keunikan sendiri. Lalu, apa ya yang unik dari lima kolam renang ini?

1. Kolam Renang Terbesar/Terpanjang

 
Kolam renang terbesar di dunia menurut Guiness World Book Record ini terletak di sebuah resort bernama San Alfonso del Mar, Chile. Panjang kolam renang ini mencapai 1.000 meter dan kedalamannya mencapai 35 meter. Nggak heran kalau butuh banyak air buat mengisi kolam renang ini, yaitu sekitar 250 juta liter air. Wow! Kerennya lagi, air yang dipakai untuk mengisi kolam renang ini diambil dari air di Samudera Pasifik yang disaring dan diproses terlebih dahulu.

2. Kolam Renang Terseram

 
Sekilas kolam renang senilai 1,8 milyar rupiah yang ada di Hotel The Golden Nugget ini mungkin terlihat biasa saja. Tapi, kalau kita perhatikan lebih seksama, di kolam renang ini, ada tiga tingkat seluncuran air, air terjun, dan sebuah akuarium besar yang berisi ikan hiu. Yang mendebarkan, kita bisa berenang di dalam akuarium hiu itu, tentu saja dengan pengawasan khusus. Hiiyyy…tapi semoga saja akuarium itu cukup kuat menampung hiu-hiu itu yah?

3. Kolam Renang Tergelap


Rasanya pas banget kalau kolam renang ini disebut kolam renang paling gelap. Soalnya kolam renang ini terletak di dalam kubah batu kapur, 17 meter di bawah tanah. Suhu kolam renang yang berada dalam gua ini pun selalu dijaga hangat, sekitar 35 derajat Celcius. Pasalnya, kolam renang ini bawah tanah ini memang terletak di sekitar area ski di Homestead Centre, Utah. Menariknya, air kolam ini kaya akan mineral lho!

4. Kolam Renang Terdalam


Nggak heran kalau kolam renang Nemo 33 ini yang terletak di Uccle, Belgia terkenal sebagai kolam renang paling dalam. Soalnya, titik paling dalam kolam renang ini mencapai 32 meter, sih. Wah! Kita bisa selamat nggak ya, kalau berenang di situ? Jangan khawatir, karena tempat ini memang salah satu tempat pelatihan scuba diving terbesar yang ada di dunia. Jadi, kita bisa sekalian belajar menyelam di sini. Lagipula, ada dua tingkat sebelum kita mencapai titik terdalam, yaitu kedalaman 5 meter dan 10 meter.

5. Kolam Renang Tercanggih



Ada banyak cerita menarik soal kolam renang yang mengapung di atas sungai Spree, Berlin, Jerman ini. Kolam renang Badeschiff yang berarti ‘kapal untuk mandi’ ini, terbuat dari cargo dan kontainer tua yang nggak terpakai. Canggihnya adalah kolam renang ini bisa digunakan di segala musim dan cuaca. Pada musim panas, kolam renang ini adalah kolam renang outdoor dan sering diadakan banyak pesta di sini. Tapi, pada musim dingin, penutup kolam renang ini akan dinaikkan menjadi kolam renang indoor dan ditambahkan sauna untuk menghangatkan tubuh.

Bentuk Bulat Planet Bumi


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :


Bentuk Bulat Planet Bumi

Allah berfirm :
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى أَلَا هُوَ الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ


Artinya : "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS Az-Zumar : 5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.


يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ


"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (QS Az-Zumar : 6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:

"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran."(Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:


- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.

- Tahap Embrionik

Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.

- Tahap fetus

Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.


Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.

Kerukunan Antar Umat Beragama


1.    Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam
Setiap agama di dunia kebanyakan mengambil nama dan penemunya atau tempat agama tersebut dilahirkan dan dikembangkan, sebagaimana nasrani yang mengambil nama dari tempat Nazareth, agama budha yang berasal dari penemunya, Budha Gautama. Tetapi tidaklah demikian untuk agama Islam. Agama Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang, tempat atau masyarakat tertentu agama ini dilahirkan atau disiarkan.
Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, yaitu Nabi Adam As. Kemudian Allah turunkan secara  berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul berikutnya. Akhirnya penurunan agama Islam itu terjadi pada masa kerasulan Muhammad SAW pada awal abad VII masehi.
Ketika Islam mulai disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat Arab, beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan menaati ajaran Islam, tanggapan yang mereka sampaikan pada Rasulullah adalah sikap heran, aneh dan ganjil. Islam dianggap sebagai ajaran yang menyimpang dan tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi masyarakat Arab, yang telah mereka taati secara turun temurun, dan mereka tidak mau tahu apakah tradisi itu salah atau benar (Qs. Al Baqarah : 170). Di dalam sebuah hadis juga digambarkan,  bahwa Islam datangnnya dianggap asing dan akan kembali dianggap asing, namun berbahagialah orang yang dianggap asing tersebut.

Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk mendatangkan dan membuat membuat bencana atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil alami)
Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan atau penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut. Fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah menaati dan menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.
Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana, dijelaskan oleh Allah dal Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, :    “ Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu seperti berikut ini.
  1. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.
  2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.
  3. Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupun yang beragama lain.
  4. Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
  5. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan perlakuan yang spesifik pula.
  1. 2.    Persaudaraan (Ukhuwah)
    1. a.     Makna Ukhuwah
Kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya adanya perasaan simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan ini menimbulkan sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap saling membagi kesenangan kepada pihak lain mengalami kesulitan. Ukhuwah yang perlu kita jalani bukan hanya inter seagama saja. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah antar umat beragama.
  1. b.    Macam-Macam Ukhuwah
Manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempererat ukhuwah antar sesama manusia. Ada tiga macam ukhuwah yang seharusnya dijalin dikehidupan manusia.
  1. 1.       Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau persaudaraan yang diikat oleh akidah/keimanan, tanpa membedakan golongan. Sesama akidahnya sama (laa ilaaha illallah) maka itu adalah saudara kita dan harus kita jalin sebaik-baiknya. Sebagai mana dijelaskan Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 10, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara. Oleh karena itu pereratlah simpul persaudaraan diantaramu, dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmat”.
Dari ayat diatas jelas bahwa kita sesama umat Islam ini adalah saudara, dan wajib menjalin terus persaudaraan diantara sesama umat Islam, marilah yang saudara kita jadikan saudara dan jangnlah saudara kita dianggap sebagai musuh, hanya karena masalah-masalah sepele kecil yang tidak berarti. Jika kita lakukan, akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa.
  1. 2.       Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah,  persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang diikat oleh jiwa kemanusiaan. Maksudnya, kita sebagai manusia harus dapat memanusiakan manusia dan memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.
Ukhuwah Insaniyah ini harus dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Sekalipun, Allah memberikan petunjuk kebenaran melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidup berdasarkan atas pertimbangan rasionya. Jika ukhuwah insaniyah, tidak dilandasi dengan ajaran agama keimanan dan ketakwaan yang akan muncul adalah jiwa kebinatangan yang penuh keserakahan dan tak kenal halal atau haram, bahkan dapat bersikap kanibal terhadap sesamanya. Thomas Hobber mengatakan bahwa manusia disebut ­homo homini lopus artinya manusia adalah serigala bagi manusia lain.
  1. 3.       Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena kita sama-sama satu bangsa yaitu Indonesia. Mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rasulullah bersabda “hubbul wathon minal iman” artinya: Cinta sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
Sebagai seorang Muslim, harus berupaya semaksimal  mungkin untuk mengaktualiksasikan ketiga macam ukhuwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari, apabila ketiganya terjadi secara bersamaan, maka yang harus kita prioritaskan adalah Ukhuwah Islamiyah, karena ukhuwah ini menyangkut kehidupan dunia dan akhirat.
  1. c.      Pentingnya Ukhuwah
Ditengah-tengah kehidupan jaman modern, yang cenderung individualis dan materialis ini, persaudaraan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai. Pentingnya Ukhuwah itu diantaranya sebagai berikut.
1). Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam
Rasulullah SAW bersabda: “Al Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaih” artinya Islam itu agama yang tinggi/hebat tidak ada yang lebih tinggi/hebat dari Islam. Ketinggian kehebatan Islam itu akan menjadi realita manakala Umat Islam mampu menegakkan ukhuwah terhadap sesamanya, memperbanyak persamaan dan memperkecil perbedaan. Jika umat Islam sering bermusuhan, Islam akan lemah dan tidak punya kekuatan. Jadi, tegaknya ukhuwah dan terjalinnya ukhuwah menjadi syarat utama kekuatan Islam.
2).Bangunan Ukhuwah yang solid, akan memudahkan membangun masyarakat madani.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal, yang memiliki karakteristik, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan, kedamaian, kerukunanm saling tolong-menolong, toleran, seimbang, berperadaban tinggi dan berakhlak mulia/bermoral. Dan nilai-niali tersebut akan mudah terwujud  dan menjadi kenyataan, jika manusia memiliki ketulusan, keikhlasan dan dan kemauan yang tinggi untuk merajut dan membangun simpul ukhuwah yang sudah terkoyak.
3).Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari Iman.
Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwah dan ukhuwah tidak akan bermakna tanpa dilandasi keimanan, jika ukhuwah lepas dari kendali iman, yang perekatnya adalah kepentingan pribadi, kolompok kesukuan, maupun hal-hal lain yang bersifat materi yang semuanya itu bersifat semu dan sementara.
4). Ukhuwah merupakan benteng dalam mengahadapi musuh-musuh Islam.
Orang-orang yang mempunyai misi yang sama, yaitu memusuhi dan ingin menghancurkan Islam (QS. Al Baqarah : 120). Dan mereka selalu bersama-sama antara yang satu dengan yang lain. Realitanya seperti sekarang ini Islam selalu diobok-obok dan selalu dikambing hitamkan oleh mereka. Oleh karena itu, Umat Islam jangan mudah terpengaruh dan jangan mudah terprovokasi dengan mereka, kita harus menghadapi dengan barisan ukhuwah yang rapi dan teratur. Jika kita bermusuhan mereka akan mudah memecah belah dan menghancurkan Islam.

  1. d.    Penyakit Ukhuwah
Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukhuwah memang tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak ranjau-ranjau menghadang, dan itulah penyakit-penyakit kronis yang seharusnya kita basmi, dan tentunya membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang.
Menurut Dr. KH Didin Hafidhuddin (2003), diantara penyakit-penyakit Ukhuwah yang seharusnya kita basmi dan kita jauhi adalah sebagai berikut.
1). Pemahaman Islam yang tidak komprehensif dan kaffah. Berbagai pertentangan atau permusuhan diantara sesama yang terjadi adalah pemahaman umat Islam sendiri yang masih dangkal. Umat Islam masih belum parsial dalam mengkaji Islam, belum integral, belum kaffah, sehingga mereka cenderung untuk mencari perbedaan-perbedaan yang tidak prinsip dari pada kesamaannya. Karena pemahaman Islam yang masih sempit inilah yang menjadi suatu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya.
2). Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan
Sikap fanatik yang berlebih-lebihan dengan mengagung-agungkan kelompoknya, menganggap kelompoknya paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain, padahal masih satu agama, itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak dibenarkan dalam Islam, karena dapat merusak tali ukhuwah. Oleh karenanya hal tersebut harus kita hindari.
3). Kurang toleransi atau tasamuh
Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara terbuka dan kreatif, juga menjadi penghalang dalam merajut kembali ukhuwah. Oleh karenanya, perlu kita optimalkan secara terus-menerus untuk mengembangkan sikap toleransi tersebut dalam kehiduapn sehari-hari.
4). Suka bermusuhan
Ini adalah merupakan penyakit  ukhuwah yang sangat berbahaya, jika dalam hati manusia sudah dirasuki sifat hasut, dengki, iri hati, yang ada dalam hatinya hanyalah dendam dan permusuhan. Jika hal tersebut tidak kita akhiri akan dapat memporak porandakan ukhuwah.
5). Kurang bersedia untuk saling bertausiyah (menasehati)
Kurangnya bersedia untuk saling bertausiyah atau saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran juga turut memberi aset memperburuk merajut ukhuwah, karena masing-masing senang melihat mereka jatuh dalam kelemahan dan kebodohannya. Lebih parah lagi diantara mereka sudah tidak mau atau enggan untuk dikritik karena sudah merasa pintar dan benar.
  1. e.      Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah
Ukhuwah sebagai rahmat dan karunia Allah SWT, harus terus menerus diupayakan penerapannya dalam kehidupan umat manusia dalam rangka mewujudkan kerukunan dan perdamaian di muka bumi. Hal ini akan dapat tercipta jika ukhuwah atau persaudaraan dapat diwujudkan.
Adapun langkah-langkah kongkrit yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah atau persaudaraan adalah sebagai berikut :
1)    Secara terus-menerus melakukan kegiatan dakwah Islamiyah terhadap umat Islam, tentang pentingnya menjalin ukhuwah terhadap sesamanya dan menjelaskan pada mereka tentang bahaya jika kita saling bermusuhan. Tentunya dengan metode yang teratur dan sistimatis, baik melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil qolam.
2)    Berusaha meningkatkan frekuensi silaturahmi, saling mengunjungi, saling bertegur sapa baik dalam forum formal, maupun informal terutama kepada mereka yang memutuskan hubungan baik dengan kita. Silaturahmi ini dapat merajut ukhuwah, juga banyak segi manfaatnya bagi pelaku silaturahmi, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW yang artinya: “Barang siapa yang ingin dipanjangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, senang bersilaturahmi”.
3)    Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama untuk menyamakan presepsi terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan bukan perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik kontroversial, menahan diri dari kometar-komentar yang belum jelas, tidak mudah emosional dan senantiasa mengedepankan rasional dan pertimbangan akal sehat, Akhirnya, tercipta budaya dialog yang sehat yang mengarah mempererat tali ukhuwah dan terciptanya kerukunan.
4)    Meningkatkan peran lembaga lintas organisasi dan lembaga pemerintahan untuk terus menerus melakukan berbagai macam kegiatan yang berorientasi pada upaya merajut simpul ukhuwah agar tercapai tatanan masyarakat penuh kerukunan dan kedamaian sebagaimana yang kita cita-citakan bersama.
5)    Menghimbau kepada semua umat manusia terutama umat Islam untuk berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwanya. Jika iman dan takwanya berkualitas dan sempurna, mereka mempunyai kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan kebenaran termasuk dalam hal mengaktualisasikan ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.
  1. 3.    Kerukunan dan Kebersamaan dan Pluralitas Agama
Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya. Pluralitas agama adalah fenomena nyata yang ada dalam kehidupan. Pluralitas merupakan hukum alam (sunnatullah) yang mesti terjadi dan tidak mungkin terelakkan. Ia sudah merupakan kodrati dalam kehidupan. Dalam QS. Al Hujurat : 13, Allah menggambarkan adanya indikasi yang cukup kuat tentang pluralitas tersebut.
Namun pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan adanya kemajemukan, tetapi lebih dari itu adanya keterlibatan aktif terhadap kenyataan adanya pluralitas tersebut. Pluralitas agama dapat kita jumpai, seperti di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat bekerja, di pasar tempat belanja, di perguruan tinggi tempat belajar. Seorang baru dikatakan memiliki sifat keterlibatan aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan. Dengan kata lain, pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain, tetapi juga harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna mencapai kerukunan dan kebersamaan.
Bila dikaji, eksistansi manusia dalam kerukunan dan kebersamaan ini, diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada akunya, tetapi pada kitanya atau pada kebersamaanya. Kerukunan dan kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama tetapi yang lebih penting adalahantar umat yangberbeda agama didunia (pluralitas agama).
Dalam mewujudkan kerukunan dan kebersamaan dalam pluralitas agama, didalam QS. An Naml: 125, menganjurkan dialog yang baik. Dialog tersebut dimaksudkan untuk saling mengenal dan saling membina pengetahuan tentang agama kepada mitra dialog. Dialog tersebut dengan sendirinya akan memperkaya wawasan kedua belah pihak dalam rangka mencari persamaan-persamaan yang dapat dijadikan landasan untuk menjalin kerukunan dalam kehidupan masyarakat.
Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam Islam bukanlah yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap manusia. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mewujudkannya dalam setiap individu, setelah itu, melangkah pada keluarga, kemudian masyarakat luas dan selanjutnya pada seluruh bangsa di dunia ini. Akhirnya, dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia.
Ada perbedaan yang mendasar anatara kerukunan dengan toleransi, namun antara keduanya saling berhubungan, kerukunan mempertemukan unsur-unsur yang berbeda, sedangkan toleransi merupakan sikap atau refleksi dari kerukunan, tanpa kerukunan, toleransi tidak pernah tercermin bila kerukunan belum terwujud.
Itulah konsep ajaran Islam tentang Pluralitas, kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya yang salah. Akan tetapi, pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah
Daftar Pustaka
  • Daud Ali, Mohammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarata, Rajawalu pers.
  • Departemen Agama RI, 2001. Buku teks Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi umum, Jakarta, Direktorat Jendral kelembagaan agama Islam.
  • ———-, 1980. Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama Jakarta.
  • Hafifudin, 2003. D. Islam Aplikatif, Jakarta, Gema Insani Perss.
  • Imarah, Muhammad, 1999. Islam dan Pluralitas, Jakarta, Gema Insani.

Kebudayaan Dalam Islam

1. konsep kebudayaan dalam islam
Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu budi dan daya. Budimengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi kebudayaan berarti kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang dikerjakan dengan mempergunakan hasil pendapat untuk memperbaiki kesempurnaan hidup (Sidi Gazalba, 1998 : 35)
Oleh karena itu, jika kita membicarakan kebudayaan berarti kita membicarakan kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya. Dengan melakukan berbagai kegiatan dan aktivitasnya manusia berusaha dengan daya upaya serta dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mengerjakan sesuatu guna kesempurnaan hidup. Kesempurnaan hidup itu dapat dicapai jika manusia mampu menggunakan akal budinya dengan baik.
Kebudayaan adalah alam pikiran atau mengasah budi. Usaha kebudayaan adalah pendidikan. Kebudayaan adalah pergaulan hidup diantara manusia dengan alam semesta. Boleh jadi kebudayaan adalah usaha manusia melakukan tugas hidup sebagai khalifah fil ardli (wakil Tuhan di bumi).

A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang kebudayaan (Musa Asy’ari.1992)  secara garis besar definisi sebanyak itu dapat dikelompokkan dalam enam kelompok, sesuai dengan sudut pandang mereka.
Kelompok pertama melihat dan pendekatan historis, kedua dari pendekatan normatif oleh Ralph Linton, ketigadari pendekatan psikologi oleh Kluckkhonh, keempat dari pendekatan structural oleh Turrney, kelima dari pendekatan genetik oleh Bidney dan keenam dengan pendekatan deskriptif oleh Taylor.

Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang definisi kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan suatu persoalan yang sangat luas, namun esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya, manusialah itu pencipta kebudayaan. Kebudayaan itu hadir bersama dengan kelahiran manusia sendiri. Dari penjelasan tersebut kebudayaan itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan sebagai suatu proses dan kebudayaan sebagai sutau produk.
Al Qur’an memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu, secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya kebudayaan perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islami.
Oleh karena itu, misi kerasulan Muhammad SAW sebagaimana dalam sabdanya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Artinya Nabi Muhammad SAW, mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar mengembangkan kebudayaan sesuai dengan petunjuk Allah.
Awal tugas kerasulan Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dan Jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai-niali Islam itu sendiri, kemudian menghasilkan kebudayaan Islam, kemudian berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
  1. Sejarah Intelektual Islam
Perkembangan pemikiran Islam mempunyai sejarah yang panjang dalam arti seluas-luasnya. Tradisi pemikiran di kalangan umat Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri.
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution (1986), dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu masa klasik antara tahun 650 – 1250 M, masa pertengahan antara tahun 1250 – 1800 M, dan masa modern, yaitu sejak tahun 1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama Madzab seperti, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Hambali, dan Imam Syafi’I bersama dengan itu lahir pula filosof Muslim seperti Al-Kindi tahun 801 M, Ar Razi tahun 865 M, Al Fabari tahun 870 M. dia dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Berikutnya Ibnu Maskawaih tahun 930 M, merupakan pemikir terkenal tentang pendidikan akhlak, kemudian Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1183 M, dan Ibnu Rusydi tahun 1126 M.
Pada masa pertengahan, dalam sejarah pemikiran Islam masa ini merupakan fase kemunduran, karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam, sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat, dan pengaruhnya terasa sampai sekarang.
Ini merupakan awal kemunduran Ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam. Sejarah dengan perdebatan di kalangan filsuf muslim juga terjadi perdebatan antara fuqoha dengan para ahli teologi. Pemikiran saat itu adalah pemikiran dikotomis antara agama dengan ilmu dan aturan urusan dunia dengan urusan akhirat. Titik kulminasinya adalah ketika para ulama sudah mendekat kepada para penguasa pemerintah, sehingga fatwa-fatwa mereka tidak diikuti lagi oleh umatnya dan kondisi umat menjadi carut-marut kehilangan figur pemimpin yang dicintainya.
Ada pertanyaan yang mendasar yang dilontarkan oleh intelektual Muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknlogi modern? Bukankah dahulu yang menguasai ilmu dan filsafat orang-orang Muslim? Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena orang Islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar masa klasik dan masa pertengahan. Pada masa kejayaan banyak terbuai dengan kemegahan yang bersifat material, oleh karena itu, pada jaman modern ini nampaknya jarang sekali para ilmuwan dan tokoh-tokoh ilmu kaliber dunia yang lahir dari negara-negara kaya dari Timur Tengah, atau dari Negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam seperti Negara Indonesia ini.
3. Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat, padahal fungsi masjid lebih luas dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajar Al-qur’an dan Al-hikmah, bermusyawarah berbagai permasalahan umat hingga masalah upaya-upaya peningkatan kesejahteraan umat. Hal ini berjalan hingga 700 tahun, sejak Nabi mendirikan masjid yang pertama, fungsi masjid dijadikan symbol persatuan umat dan masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas kemudian bermunculan justru dari masjid. Masjid Al Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang dapat dikenal oleh umat Islam di dunia.
Masjid ini mampu memberikan bea siswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan merupakan program nyata masjid.
4. Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya, yaitu budaya Arab. Pada awal masuknya Islam ke Indonesia, dirasakan umat sulit membedakan ajaran Islam dan budaya Arab. Dalam ajaran Islam meniru budaya suatu kaum itu boleh saja sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Islam, apalagi yang ditirunya adalah panutan suci nabi Muhammad Saw, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arab dipandang sebagai ajaran Islam
Corak baju yang dikenakan Rasulullah merupakan budaya yang ditampilkan oleh orang Arab. Yang menjadi ajarannya adalah menutup aurat, kesederhanaan, kebersihan dan kenyamanan. Sedang bentuk dan mode pakaian yang dikenakan umat Islam boleh saja berbeda dengan yang dikenakan oleh nabi Muhammad Saw, demikian pula cara makan nabi dengan jari-jemari bukan merupakan ajaran Islam.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia para penyiar Islam mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para Wali Allah di tanah Jawa. Karena kehebatan para Wali dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islammasuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tugas berikutnya para intelektual Islam adalah menjelaskan secara sistematik dan berkelanjutan supaya penetrasi yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Integrasi nilai-nilai Islam ke dalam kehidupan bangsa Indonesia ternyata tidak sekedar masuk pada aspek kebudayaan semata, tetapi sudah masuk ke wilayah hukum. Sebagai contoh dalam hukum keluarga (akhlawul syakhsiyyah) masalah waris, masalah pernikahan. Nilai-nilai Islam telah masuk ke wilayah hukum yang berlaku di Indonesia.
Daftar Pustaka
  • Al Faruqy, ismail R, 2001. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang, Bandung; Mizan
  • Asyari, Musa, 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al Qur’an. Yogyakarta; LESFI
  • Ghazalba, Sidi, 1998. Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, Jakarta; Pustaka Antara
  • Nasution, Harun, 1986. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta; Bulan Bintang

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Islam




1.  Konsep Ipteks dalam Islam
Ipteks adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah (International Webster’s Dictionary dalam Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK, 2003)
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan (Quraish Shihab, 1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut sebagai spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan.

 

Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis (science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.
Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-qur’an membimbing pengalaman lahir manusia kearah obyek alam dan sejarah.
Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi  karena sesungguhnya hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.
Pertama, turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan perintah untuk membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai fenomena di dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.
Kedua, banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan bahwa manusia yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak berharga.
Ketiga, Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari itu (al-A’raf 7 : 179).
Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh (Az-Zumar 39 : 9).
Sedangkan teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia  yang berakibat kehancuran alam semesta. Oleh sebab itu teknologi bersifat netral artinya bahwa teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya atau juga bisa digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Adapun seni termasuk bagian dari budaya manusia sebagai hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Selanjutnya teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan dan kenyamanan manusia. Dengan demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan bukanlah teknologi, tetapi merupakan hasil dari teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif  berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, tetapi dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Oleh karena itu, penguasaan, pengembangan dan pendayagunaan iptek harus senantiasa berada dalam jalur nial-nilai keimanan dan kemanusiaan.
Batasan Iptek dalam Islam
Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak, melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi.
Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah, akhlak dan syariah, senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak akidah, syariat, dan akhlak tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam Islam.
Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam hukum Allah)
Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri.
Sumber pengembangan iptek dalam Islam adalah wahyu Allah. Iptek yang Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu iptek dalam pandangan Islam tidak bebas nilai.
  1. 2.  Integrasi Iman, Ipteks dan Amal
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah sistem ajaran yang disubut Dienul Islam.
Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.
  1. 3.    Keutamaan Orang yang Berilmu
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya karena dibekali dengan seperangkat potensi. Dan potensi yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan. Dengan akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya (Abdullah Daim. 1984). Bagi orang-orang yang berbekal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab (QS. Ali Imron : 190)
Tentang keutamaan orang yang berilmu, di dalam Al Qur’an Surat Al Mujadalah : 11, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah bisa berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanannya dan keilmuannya dengan penuh keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.
Imam Al Ghozali juga mengatakan “Barang siapa yang berilmu, akan dapat membimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan pesona keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.”
  1. 4.    Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam Lingkungannya
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai Abdun (hamba Allah) dan sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari Khalifah adalah tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah yang memiliki konsekwensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang pencipta kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan manusia menghamba kepada selain Allah, termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Fungsi kedua adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada dasarnya, alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.
Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahuan yang memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau para cendekiawan) yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini. Akan tetapi, para ilmuwan juga harus sadar bahwa potensi sumber daya alam ini terbatas dan akan habis terkuras apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh karena itu, tanggung jawab memakmurkan, melestarikan, memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam semesta banyak bertumpu pada para ilmuwan dan cendekiawan. Mereka mempunyai amanat atau tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ilmu pengetahuan.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah tangan manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga, melestarikan alam ini. Justru mengeksploitir alam ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (insan kamil) yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup dunia dan akhirat
Daftar Pustaka
  • Al Faruqi, Ismail R,  2001. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah peradaban, Bandung; Cet. III Gemilang Mizan.
  • Daim, Abdullah. 1984. Tarbiyah ‘Abdru Tarikh, Min Ushuri Qadimah hatta Qarnu Isyrin. Beirut; Darul ‘Ilmi lil Mu’allim. Cet. Ke 5.
  • Daud, Ali Muhammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarta; PT Rajawali Grafindo Persada.
  • Departemen Agama RI, 2001. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta.
  • Nasution, Harun, 1986. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; Bulan Bintang.
  • Shihab, M, Quraish. 1996. Mermbumikan Al-Qur’an. Bandung; Cetakan ke 12. Mizan.