Sudah menjadi menu wajib bagi masyarakat untuk makanan yang satu ini. Terbuat dari kedelai yang memberikan banyak asupan protein bagi tubuh konsumennya. Benar sekali..... makanan ini adalah “tahu”. Apa yang terbesit pertama kali saat kita membicarakan tahu? Secara fisik umumnya tahu akan berbentuk persegi (kotak). Dalam kreasinya, dewasa ini muncullah tahu yang bentuknya bulat. Akhir-akhir ini, tahu bulat banyak menghiasi deretan jajanan di kota Jombang. Padahal, tahu yang berbentuk bulat sebenarnya sudah lama ada di Jombang. Beberapa tahun silam seorang mahasiswa asli Jombang yang kuliah di luar kota pernah dititipi temannya oleh-oleh tahu bulat. Mereka lazim menyebutnya dengan “tahu bunder”. Spontan saja mahasiswa tersebut keheranan, kemudian bertanya, “Tahu saja minta dari Jombang. Apa bedanya dengan tahu disini?” “Ya beda. Tahu bunder itu kan asli Jombang, dan hanya ada di Jombang. Kalau disini tahunya kotak-kotak. Kamu ini orang Jombang kok tidak tahu?”
Dari sini barulah ia sadar ternyata tahu bunder yang setiap hari dibeli ibunya adalah makanan khas Ploso, salah satu kecamatan di Jombang. Produksi tahu bunder ini memang banyak ditemukan di Ploso, terkhusus Desa Rejoagung. Namun, tahu bunder yang dimaksud disini berbeda dengan “tahu pong”. Dari ukurannya, penjual tahu bunder mengklasifikasikan tahu bunder menjadi ukuran kecil dan besar. Jenisnya pun ada dua macam. Ada yang padat dan ada yang berongga. Dari penampilannya, memang bagus yang berongga, karena ia menggunakan soda makanan dalam pembuatannya sehingga teksturnya halus. Namun dari segi keawetan, tahu yang padat lebih awet. Jika yang berongga hanya tahan setengah hari saja, maka tahu bunder yang padat dapat bertahan hingga dua hari tanpa bahan pengawet. Untuk pembuatannya tidak terlalu ribet. Awalnya adalah meniris tahu mentah hingga kandungan airnya rendah. kemudian diberi racikan bumbu masak ditambah garam. Setelah tahu dan bumbu menyatu barulah tahu dikepal untuk mendapat bentuk bulat, dan barulah bulatan-bulatan tahu digoreng. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan air tahu. Kandungan air yang tinggi pada tahu dapat membuat tahu pecah saat di goreng, untuk itu proses penirisan harus benar-benar baik.
Salah seorang pembuat tahu bunder di Rejoagung Ploso sendiri mengungkapkan, jumlah produksi setiap harinya berkisar hingga 130 paket dengan per paket isinya 10 biji. Untuk pemasarannya adalah wilayah Ploso sampai wilayah di Kabuh yang berbatasan dengan Lamongan. Namun bukan beliau sendiri yang memasarkan, tahu-tahu produksinya itu dibawa oleh para pedagang sayur keliling. Selain itu, beliau sering mendapat pesanan untuk hajatan atau dibeli orang untuk dijadikan oleh-oleh saat keluar kota, seperti ke Jakarta, Jogja, Malang, Bogor, dll.
Bagaimana pembaca? Tertarik untuk mencoba tahu bunder khas Ploso? Bisa kita dapatkan di daerah Ploso dan sekitarnya dengan harga terjangkau. Sangat oke juga jika tahu bunder ini dijadikan alternatif oleh-oleh khas Jombang saat silaturrahim ke saudara yang di luar kota. Di jamin enak! Coba saja!......[Syilvi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar